Kesulitan Belajar (LD / learning disability / learning disorder)

Definisi

Gangguan kesulitan belajar (learning disabilities/ LD) merupakan salah satu permasalahan yang banyak ditemui dalam dunia pendidikan. LD menyangkut ketidak mampuan siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas akademiknya secara tepat. LD adalah kondisi yang dialami siswa berkait dengan adanya hambatan, keterlambatan dan ketertinggalan dalam kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Siswa yang berkesulitan belajar adalah siswa yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus maupun umum, baik disebabkan oleh adanya disfungsi neurologis, proses psikologis dasar maupun sebab-sebab lain sehingga presatsi belajarnya rendah dan anak beresiko tinggi tinggal kelas (Yusuf, M, 2003).

Kesulitan belajar (LD) adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh. Mereka selanjutnya menyatakan bahwa individu yang mengalami kesulitan belajar adalah individu yang normal inteligensinya, tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan penting dalam proses belajar, baik persepsi, ingatan, perhatian, ataupun fungsi motoriknya (Warkitri, 1990).

Kesulitan belajar sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut mungkin disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan, mungkin bersifat psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis dalam proses belajarnya (Siti Mardiyanti, 1994).

Etiologi

Ada beberapa penyebab kesulitan belajar yang terdapat pada literatur dan hasil riset, yaitu : (1.) Faktor keturunan atau bawaan, (2.) Gangguan semasa kehamilan, saat melahirkan atau prematur, (3.) Kondisi janin yang tidak menerima cukup oksigen atau nutrisi dan atau ibu yang merokok, menggunakan obat-obatan (drugs), atau meminum alkohol selama masa kehamilan, (4.) Trauma pasca kelahiran, seperti demam yang sangat tinggi, trauma kepala, atau pernah tenggelam, (5.) Infeksi telinga yang berulang pada masa bayi dan balita. Anak dengan kesulitan belajar biasanya mempunyai sistem imun yang lemah, dan (6.) Awal masa kanak-kanak yang sering berhubungan dengan aluminium, arsenik, merkuri atau raksa, dan neurotoksin lainnya (Harwell, 2001).

Sementara Kirk & Ghallager (1986) menyebutkan faktor penyebab kesulitan belajar sebagai berikut:

Faktor Disfungsi Otak, Penelitian mengenai disfungsi otak dimulai oleh Alfred Strauss di Amerika Serikat pada akhir tahun 1930-an, yang menjelaskan hubungan kerusakan otak dengan bahasa, hiperaktivitas dan kerusakan perceptual. Penelitian berlanjut ke area neuropsychology yang menekankan adanya perbedaan pada hemisfer otak. Menurut Wittrock dan Gordon, hemisfer kiri otak berhubungan dengan kemampuan sequential linguistic atau kemampuan verbal; hemisfer kanan otak berhubungan dengan tugas-tugas yang berhubungan dengan auditori termasuk melodi, suara yang tidak berarti, tugas visual-spasial dan aktivitas non verbal. Temuan Harness, Epstein, dan Gordon mendukung penemuan sebelumnya bahwa anak-anak dengan kesulitan belajar (learning difficulty) menampilkan kinerja yang lebih baik daripada kelompoknya ketika kegiatan yang mereka lakukan berhubungan dengan otak kanan, dan buruk ketika melakukan kegiatan yang berhubungan dengan otak kiri. Gaddes mengatakan bahwa 15% dari anak yang termasuk underachiever, memiliki disfungsi system syaraf pusat (Kirk & Ghallager, 1986).

Faktor Genetik, Hallgren melakukan penelitian di Swedia dan menemukan bahwa, yang faktor herediter menentukan ketidakmampuan dalam membaca, menulis dan mengeja diantara orang-orang yang didiagnosa disleksia. Penelitian lain dilakukan oleh Hermann (Kirk & Ghallager, 1986) yang meneliti disleksia pada kembar identik dan kembar tidak identik yang menemukan bahwa frekwensi disleksia pada kembar identik lebih banyak daripada kembar tidak identik sehingga ia menyimpulkan bahwa ketidakmampuan membaca, mengeja dan menulis adalah sesuatu yang diturunkan.

Faktor Lingkungan dan Malnutrisi, Kurangnya stimulasi dari lingkungan dan malnutrisi yang terjadi di usia awal kehidupan merupakan dua hal yang saling berkaitan yang dapat menyebabkan munculnya kesulitan belajar pada anak. Cruickshank dan Hallahan (Kirk & Ghallager, 1986) menemukan bahwa meskipun tidak ada hubungan yang jelas antara malnutrisi dan kesulitan belajar, malnutrisi berat pada usia awal akan mempengaruhi sistem syaraf pusat dan kemampuan belajar serta berkembang anak.

Faktor Biokimia, Pengaruh penggunaan obat atau bahan kimia lain terhadap kesulitan belajar masih menjadi kontroversi. Penelitian yang dilakukan oleh Adelman dan Comfers (Kirk & Ghallager, 1986) menemukan bahwa obat stimulan dalam jangka pendek dapat mengurangi hiperaktivitas. Namun beberapa tahun kemudian penelitian Levy (Kirk & Ghallager, 1986) membuktikan hal yang sebaliknya. Penemuan kontroversial oleh Feingold menyebutkan bahwa alergi, perasa dan pewarna buatan hiperkinesis pada anak yang kemudian akan menyebabkan kesulitan belajar. Ia lalu merekomendasikan diet salisilat dan bahan makanan buatan kepada anak-anak yang mengalami kesulitan belajar. Pada sebagian anak, diet ini berhasil namun ada juga yang tidak cukup berhasil. Beberapa ahli kemudian menyebutkan bahwa memang ada beberapa anak yang tidak cocok dengan bahan makanan.

Prevalensi

Bahwa prevalensi LD sangatlah bervariasi, dari 1% hingga 30% (Hallahan dan Kauffman, 1988). Secara umum, prevalensi kesulitan belajar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Prevalensi anak kesulitan belajar pada sekolah umum di Amerika Serikat pada tahun 1976-1977 sebesar 1,8% (Lyon, 2001).

Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa dari 3.215 murid kelas satu hingga kelas enam SD di DKI Jakarta, terdapat 16,52% siswa yang dinyatakan sebagai murid berkesulitan belajar oleh guru (Abdurrahman, M, 1999).

Klasifikasi

Pengelompokkan anak LD akademis :

Disleksia: kesulitan membaca, termasuk ketakmampuan mengeja dan menulis. Anak disleksia memiliki ciri pemrosesan informasi yang tidak efisien, kesulitan dalam working memory, kesulitan mengurutkan dan organisasi. misalnya mengeja huruf b jadi d, membaca ‘susu’ jadi ‘usus’.

Disgrafia: kesulitan menulis, termasuk penyimpangan kelancaran verbal dan menyatakan pikirannya dalam bentuk tulisan. misalnya menulis terbalik ‘nama’ jadi ‘mana’, angka 6 jadi 9, dll.

Diskalkulia: ketakmampuan untuk berpikir kuantitatif, misalnya tidak dapat membedakan tanda + dengan x.

Dispraksia : Ceroboh dan kurang terampil misalnya sering menabrak ujung meja, tidak dapat menggunting garis lurus, dll.

Tanda dan Gejala

Tanda dari kesulitan belajar sangat bervariasi, tergantung dari usia pada saat itu. Sensitifitas atau kepekaan orang tua dan guru seringkali sangat membantu dalam deteksi dini. Orang tua atau guru yang melihat adanya kesenjangan yang konsisten antara kemampuan akademik anak dengan kemampuan rata-rata teman sekelasnya atau prestasi anak yang tidak kunjung meningkat walaupun pelajaran tambahan sudah diberikan, haruslah mulai berfikir apa yang sebenarnya terjadi dalam diri sang anak.

Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Terdapat empat ukuran dapat menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa : (1) tujuan pendidikan; (2) kedudukan dalam kelompok; (3) tingkat pencapaian hasil belajar dibandinngkan dengan potensi; dan (4) kepribadian.(Abin syamsudin, 2003).

Gambaran Klinis

Menurut Burton, sebagaimana dikutip oleh Abin S.M. (2002), faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupa faktor internal, yaitu yang berasal dari dalam diri yang bersangkutan, dan faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar diri yang bersangkutan.

Kesulitan belajar adalah kesulitan yang dialami oleh siswa-siswi dalam kegiatan belajarnya, sehingga berakibat pada prestasi belajar rendah atau perubahan tingkah laku yang terjadi tidak sesuai dengan prestasi yang dicari oleh sebagain besar dari teman-temannya sekelas (Sumartana, 1986). Sedangkan Partowisasto menjelaskan bahwa kesulitan belajar adalah merupakan suatu kesukaran atau kesulitan dalam usaha memperoleh ilmu pengetahun, keterampilan dan sikap-sikap tertentu (1986).

Prognosis

Sebagai patokan untuk mengetahui kasulitan belajar, dapat ditetapkan berdasarkan tingkat pencapaian tujuan pendidikan, kedudukan dalam kelompok, perbandingan antara potensi dan prestasi, dan tingkah laku yang nampak (Dikdasmen, 1994 ).

Cerebral Palsy

Definisi

Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan non- progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. Walaupun lesi serebral bersifat statis dan tidak progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat maturasi serebral (Adnyana, 1995).

Cerebral palsy atau kelumpuhan/kelayuhan otak merupakan salah satu kondisi akibat cidera otak yang semakin hari semakin meningkat jumlahnya. Di beberapa negara, Cerebral Palsy (CP) merupakan penyebab cacat fisik kedua setelah polio (Werner, 2002).

Cerebral palsy (CP) berarti kelumpuhan atau kelayuhan otak yang mengakibatkan kecacatan yang mempengaruhi gerakan dan posisi tubuh (Yayasan Suryakanti, 2004). Sedangkan menurut Nelson (1991), CP adalah suatu kondisi akibat dari lesi atau gangguan perkembangan otak yang terjadi pada prenatal atau selama bayi lahir, gangguan tidak progresif dan ditandai oleh pola postur dan gerak yang abnormal.

Cerebral palsy adalah suatu gangguan yang statis mengenai otak, bukan merupakan suatu kerusakan progresif. Ini berarti bahwa kerusakan atau perjalanan penyakit tidak akan menjadi buruk meskipun waktu berjalan terus. Kerusakan motor sementara tidak dapat dihubungkan dengan CP. Oleh karena itu, seorang pasien yang mempunyai permasalahan motor sementara atau yang menjadi buruk dari waktu ke waktu, bukan berarti menderita CP (Miller & Bachrach, 1998).

Istilah CP digunakan untuk menggambarkan sejumlah karakteristik kelainan motorik dengan impairment gerakan disadari hasil dari perkembangan abnormal sebelum kelahiran, selama kelahiran, atau setelah kelahiran, kerusakan sistem saraf pusat (SSP) yang terjadi sebelum usia 5 tahun (Reed, 2001).

Jadi CP adalah suatu gangguan pada otak yang dapat menyebabkan kecacatan sehingga dapat mempengaruhi gerakan dan posisi tubuh yang merupakan hasil dari perkembangan abnormal pada saat sebelum kelahiran, selama kelahiran atau setelah kelahiran.

Etiologi

Meskipun penyebab permasalahan sejak lahir biasanya tidak diketahui, namun diduga terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan otak pasien. Ketika janin yang tidak terlindungi dari bahan kimia tertentu atau infeksi melalui ibu yang mengandung. Sebagai contoh, otak yang berkembang dapat terluka. Jika ibu yang mengandung menderita trauma fisik berat, otak janin dapat terluka, tetapi ini jarang terjadi. Kelahiran bayi sebelum waktunya dan berat bayi ketika lahir rendah juga dapat memperbesar peningkatan terjadinya kerusakan khusus (Miller & Bachrach, 1998).

Menurut Reed (2001), penyebab CP dapat dibagi menjadi tiga yaitu sebelum kelahiran (prenatal), selama kelahiran (perinatal), dan setelah kelahiran (postnatal). Sebelum kelahiran, meliputi abnormalitas kromosom atau keturunan, cacat otak bawaan, masalah pada janin atau fungsi plasenta, radiasi, teratogen dari bahan-bahan yang digunakan, kembar atau kehamilan ganda, dan infeksi virus. Selama kelahiran, dapat disebabkan oleh ashphyxia atau racun, trauma kepala, dan infeksi karena virus dan bakteri. Setelah kelahiran, bayi yang memiliki cacat bawaan pada sistem hati, ginjal atau tulang memungkinkan berkembang menjadi CP, karena adanya cacat di otak. Bayi yang baru lahir mengalami serangan kejang (seizure) juga beresiko berkembang menjadi CP (Hinchcliffe, 2003).

Menurut Adnyana, I. M. O. (1995) penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam tiga periode yaitu: prenatal, natal, post natal.

Pranatal

Pada masa kehamilan yaitu malformasi congenital, infeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan kelainan janin (misalnya; rubela, toksoplamosis, sifihis, sitomegalovirus, atau infeksi virus lainnya), radiasi, tok gravidarum, asfiksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta, plasenta previa, anoksi maternal, atau tali pusat yang abnormal).

Natal

Pada masa kelahiran yaitu anoksialhipoksia, Perdarahan intra kranial., trauma lahir, prematuritas.

Postnatal

Pada masa setelah lahir yaitu trauma kapitis, infeksi (misalnya : meningitis bakterial, abses serebri, tromboplebitis, ensefalomielitis), kern icterus.

Gambaran Klinis

Gambaran klinis cerebral palsy tergantung dari bagian dan luasnya jaringan otak yang mengalami kerusakan, yaitu : paralisis, gerakan involunter, ataksia, kejang, gangguan perkembangan mental, problem emosional terutama pada saat mungkin didapat juga gangguan penglihatan (misalnya: hemianopsia, strabismus, atau kelainan refraksi), gangguan bicara, gangguari sçnsibilitas, problem emosional terutama pada saat remaja.

Pasien dengan kondisi CP memiliki masalah dengan neuromuskularnya, namun ada beberapa kondisi penyerta yang perlu diperhatikan karena akan sangat berpengaruh pada perkembangan pasien dan terapi yang dibutuhkan. Menurut Nelson (1991), ada beberapa masalah yang mungkin akan dihadapi oleh seseorang penderita CP, antara lain gangguan mental, penglihatan, bicara, convulsive disorders, perseptual dan visual motor.

Gangguan mental

Dua puluh lima persen penderita CP tidak bermasalah dengan mental mereka dalam artian IQ mereka normal atau rata-rata, 30% di bawah rata-rata dan 45% dengan gangguan mental. Pasien tidak berinteraksi terhadap sekitarnya, sehingga kemampuan untuk mengekspresikan diri pasien berkurang. Seseorang penderita CP ataksia dan spastik hemiplegi memiliki prospek intelegensi yang lebih baik.

Masalah penglihatan.

Hypermyopia mungkin terjadi, myopia (pada anak yang lahir secara prematur), ketidakseimbangan antara korespondensi otot ekstraokular dengan otot lain, strabismus (terjadi 40-50%), lebih sering convergent strabismus daripada divergent strabismus, nygstagmus, hemianopsia, kebutaan kortikal bahkan kehilangan penglihatan sepenuhnya juga dapat terjadi. Kehilangan Penglihatan sering terjadi pada anak CP dengan athetoid, sedangkan CP spastik hanya 2% saja.

Gangguan bicara.

Beberapa mengalami gangguan bicara atau bahasa (48-49%), masalah yang terjadi mungkin dysathria atau dyspraxia. Defisit sensori, gangguan taktil dan fungsi kinestesia mungkin juga terjadi, umumnya pada CP hemiplegi.

Convulsive disorders.
Terjadi 86% pada CP spastik dan 12% pada CP athetoid, hal ini disebabkan oleh kerusakan yang terjadi di otak memotong transmisi gelombang otak yang normal.

Gangguan perseptual dan Visual Motor.

Sering terjadi pada CP spastik hemiplegi daripada athetoid, derajat gangguan motorik tidak berhubungan paralel dengan gangguan visual motor ataupun gangguan perseptual, kehilangan kontrol mata atau kepala sehingga kesulitan untuk memfokuskan mata.

Selain gangguan-gangguan yang telah disebutkan di atas, terdapat pula gangguan motorik, self care, productivity, dan leisure.

Gangguan motorik.

Hipertonus muncul pada kelompok otot, tonus dapat terjadi secara berubah-ubah yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan yang tidak disadari. Refleks primitif masih tetap muncul, seperti the asymmetrical tonic neck reflex (ATNR), symmetrical tonic neck reflex (STNR), tonic labyrinthine reflex (TLR), moro reflek dan positive supporting reflex (Reed,1991).

Self care.

Pasien pada umumnya mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas sehari-hari, seperti makan, berpakaian, dan berhias. Pasien juga membutuhkan bantuan untuk mencapai kemandirian (Reed,2001).

Productivity.

Pasien pada umumnya membutuhkan bantuan untuk melaksanakan tanggung jawab melakukan pekerjaan rumah. Pada usia sekolah, pasien sering mengalami kesulitan dengan pekerjaan di sekolah seperti membaca dan menulis. Pada usia dewasa mungkin membutuhkan bantuan untuk memilih pilihan pekerjaan (Reed,2001).

Prognosis

Prognosis tergantung pada gejala dan tipe cerebral palsy. Di Inggris dan Skandinavia 20 ­ 25% pasien dengan cerebral palsy mampu bekerja sebagai buruh penuh; sebanyak 30­-50% dari semua pasien cerebral palsy dengan retardasi mental memerlukan perawatan khusus. Prognosis paling baik pada derajat fungsionil yang ringan. Prognosis bertambah berat apabila disertai dengan retardasi mental, bangkitan kejang, gangguan penglihatan dan pendengaran (Adnyana, 1995).

STROKE

Gejala, Penyebab, dan Akibat Stroke

Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.

WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu.

Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu: stroke iskemik maupun stroke hemorragik.

Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke Iskemik. Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

  1. Stroke Trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan.
  2. Stroke Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
  3. Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.

Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.

Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu:

  1. Hemoragik Intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.
  2. Hemoragik Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).

Tanda dan Gejala-gejala Stroke

Berdasarkan lokasinya di tubuh, gejala-gejala stroke terbagi menjadi berikut:

  1. Bagian sistem saraf pusat : Kelemahan otot (hemiplegia), kaku, menurunnya fungsi sensorik
  2. Batang otak, dimana terdapat 12 saraf kranial: menurun kemampuan membau, mengecap, mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan, refleks menurun, ekspresi wajah terganggu, pernafasan dan detak jantung terganggu, lidah lemah.
  3. Cerebral cortex: aphasia, apraxia, daya ingat menurun, hemineglect, kebingungan.

Jika tanda-tanda dan gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam, dinyatakan sebagai Transient Ischemic Attack (TIA), dimana merupakan serangan kecil atau serangan awal stroke.

Faktor Penyebab Stroke

Faktor resiko medis, antara lain Hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi), Kolesterol, Aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), Gangguan jantung, diabetes, Riwayat stroke dalam keluarga, Migrain.

Faktor resiko perilaku, antara lain Merokok (aktif & pasif), Makanan tidak sehat (junk food, fast food), Alkohol, Kurang olahraga, Mendengkur, Kontrasepsi oral, Narkoba, Obesitas.

80% pemicu stroke adalah hipertensi dan arteriosklerosis, Menurut statistik. 93% pengidap penyakit trombosis ada hubungannya dengan penyakit tekanan darah tinggi.

Pemicu stroke pada dasarnya adalah, suasana hati yang tidak nyaman (marah-marah), terlalu banyak minum alkohol, merokok dan senang mengkonsumsi makanan yang berlemak.

Derita Pasca Stroke

Sudah Jatuh tertimpa Tangga Pula, peribahasa itulah yang tepat bagi penderita Stroke.

Setelah stroke, sel otak mati dan hematom yg terbentuk akan diserap kembali secara bertahap. Proses alami ini selesai dlm waktu 3 bulan. Pada saat itu, 1/3 orang yang selamat menjadi tergantung dan mungkin mengalami komplikasi yang dapat menyebabkan kematian atau cacat

Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut:

  • 1/3 --> bisa pulih kembali,
  • 1/3 --> mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang,
  • 1/3 sisanya --> mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur.

Hanya 10-15 % penderita stroke bisa kembali hidup normal seperti sedia kala, sisanya mengalami cacat, sehingga banyak penderita Stroke menderita stress akibat kecacatan yang ditimbulkan setelah diserang stroke.

Akibat Stroke lainnya:

  • 80% penurunan parsial/ total gerakan lengan dan tungkai.
  • 80-90% bermasalah dalam berpikir dan mengingat.
  • 70% menderita depresi.
  • 30 % mengalami kesulitan bicara, menelan, membedakan kanan dan kiri.

Stroke tak lagi hanya menyerang kelompok lansia, namum kini cenderung menyerang generasi muda yang masih produktif. Stroke juga tak lagi menjadi milik warga kota yang berkecukupan , namun juga dialami oleh warga pedesaan yang hidup dengan serba keterbatasan.

Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga. Selain karena besarnya biaya pengobatan paska stroke , juga yang menderita stroke adalah tulang punggung keluarga yang biasanya kurang melakukan gaya hidup sehat, akibat kesibukan yang padat.

Stroke sangat dapat dicegah,
Hampir 85% dari semua stroke dapat DICEGAH ,

Karena Ancaman stroke hingga merenggut nyawa dan derita akibat stroke. Hidup BEBAS tanpa STROKE merupakan dambaan bagi semua orang.

Tak heran semua orang selalu berupaya untuk mencegah Stroke atau mengurangi faktor risiko dengan menerapkan pola hidup sehat, olahraga teratur, penghindari stress hingga meminum obat atau suplemen untuk menjaga kesehatan pembuluh darah hingga dapat mencegah terjadinya Stroke.

Sumber:
Seri Gaya Hidup Sehat: Cara Bijak Hadapi Stroke, Jantung & Pembuluh Darah, Agustus 2007, PT Gramedia.

STROKE , kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi bio-kimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu (ref.: id.wikipedia.org).

Bagian Otak dan Fungsinya


Terdapat dua jenis utama stroke, dan masing-masing memiliki penyebab yang berbeda.

Stroke iskemik/ penggumpalan (83% penyebab stroke), terjadi bila blok darah mengumpal dalam arteri sehingga mengganggu asupan darah ke otak, hal ini disebabkan dari endapan kolesterol & zat-zat lain yang tertimbun didalam arteri (aterosklerosis)dalam kurun waktu yang cukup lama.


Stroke hemorragik/ perdarahan (17% penyebab stroke), saat pembuluh darah di dalam atau di sekitar otak pecah dan menyebabkan perdarahan, hal ini sering disebabkan karena tekanan darah yang tinggi sehingga dinding arteri akan menegang dan beresiko pecah dan terjadi pendarahan.



Efek Stroke pada bagian-bagian tubuh

lumpuh total

lumpuh sebelah kanan/kiri

kesulitan bicara

lumpuh dibagian tubuh bawah

hilangnya kemampuan kognitif, persepsi, visual,

ALERT PROGRAM

My OT - Alert Program

Seiring berjalannya waktu sang anak akan tetap belajar hingga akan tiba satu saat pelajaran yang ia dapat dilakukan pada lingkungan tanpa perlu bergantung pada orang lain. Sudah pasti hambatan akan merintanginya untuk tetap belajar, dan semua bergantung pada sang anak apakah akan memundurkan langkah untuk belajar, atau berusaha sekuat tenaga untuk menghadapinya.

Jika tubuh ini diibaratkan mesin yang terus bekerja seharian penuh, akan ada pula saat perputarannya melambat sehingga tidak dapat bekerja maksimal. Tapi manusia memiliki keunikan tersendiri untuk mengatur strategi menanganinya. Seperti halnya saat baru terbangun dari tidur ada yang membutuhkan segelas kopi untuk membuatnya segar untuk siap bekerja, ada pula yang membutuhkan waktu untuk mandi dengan air hangat atau dingin, berolah raga di pagi hari, mendengarkan musik atau menonton televisi dan lainnya. Ada sangat banyak cara untuk membangkitkan mesin tubuh ini untuk dapat bekerja maksimal.

Dari sudut pandang Okupasi Terapi, saat tubuh baru terbangun dari tidur tingkat kesadaran (alertness) berada pada level yang rendah yang membuat tubuh belum siap melakukan aktifitas dikarenakan belum mampu mencapai, mempertahankan dan mengubah tingkat kesadaran (self regulation) secara optimal.

Dalam menjalani rutinitas seharian tidak setiap saat tubuh siap untuk melakukan semua kesibukan tersebut. Ada kalanya seakan mesin yang ada didalam tubuh ini berjalan secara lambat, yang membuat seakan berat melakukan sesuatu, sehingga sesuatu dorongan untuk dapat bangkit dan bekerja secara normal. Ada juga saat dimana mesin bekerja terlalu cepat sehingga membuat perhatian dan konsentrasi menjadi terpecah sehingga apa yang dilakukan tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Ex. 1 : Pada anak dengan tingkat arousal yang rendah, untuk bangun dari tidur dan siap melakukan aktifitas merupakan hal yang sulit. Mungkin ia tidak akan tidur lagi namun mesin tubuhnya berada pada level yang rendah sehingga sulit untuk bangun. Setelah mandi dan makan pagi system saraf di tubuh telah mencapai level optimal dan siap untuk melakukan aktifitas. Pada tengah hari saat berada dalam sesi belajar mesin tubuhnya kembali berada pada level yang rendah, yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitasnya untuk menyerap materi. Kondisi tersebut membuatnya sulit untuk melakukan aktifitas fisik non fisik dalam keseharian.

Ex. 2 : Pada anak dengan tingkat arousal yang tinggi (high alert), mesin tubuhnya berjalan dengan cepat dalam kesehariannya. Bergerak merupakan suatu kebutuhan yang terkesan hiperaktif. Membuatnya sulit untuk fokus melakukan aktifitas, di malam hari tidur menjadi hal yang sulit untuk dilakukan. Karena mesin tubuh yang berjalan cepat membuatnya sulit melakukan transisi ke level rendah untuk dapat tidur.

Sekelumit masalah mengenai tingkat arousal dan kemampuan untuk melakukan self regulation diangkat pertama kali pada AOTA (American Occupational Therapist Association) newsletter dan symposium Sensory Integration International di tahun 1992. yang akhirnya diterbitkan buku yang dibuat oleh Marry Sue Williams OTR/L dan Sherry Shellenberger OTR/L beserta OT lainnya seperti Patti Otter, Pat

Wilbarger, Eileen Richter dan lainnya sebagai kontributor yang berjudul "How Does Your Engine Run", the Alert Program for Self Regulation.

Alert Program (AP) Adalah metode yang membantu anak memahami serta mengatur tingkat kesadaran (alertness atau arousal) dan meningkatkan kemampuan strategi sensori-motor untuk menghadapi hambatan yang dihadapi saat melakukan aktifitas kesehariannya.

Untuk memahami teori Alert Program secara menyeluruh dikembangkan "Eight Key Concept" yang berisi :

1. Definisi dan peranan Okupasi Terapi pada pelaksanaan AP pada klien

2. Sensori Integrasi yang merupakan dasar pemikiran dari pengembangan AP

3. Teori mengenai Arousal dan pengaruhnya pada sang anak

4. Tingkatan level arousal dan pengaruhnya pada kerja mesin tubuh

5. Respon protektif pada susunan saraf pusat yang berhubungan dengan tingkatan level arousal, sensory defensiveness dan prilaku yang muncul saat sebelum dan sedulah melakukan AP

6. Inhibisi yang dilakukan serta hubungannya dengan input proprioseptif saat menerapkan strategi sensori-motor di AP

7. Strategi sensori-motor yang dilakukan dan terdapat checklist yang membantu orang tua, guru dan profesi lain dalam memahami kebutuhan sang anak, murid dan kliennya.

8. Detective work yang dilakukan untuk mengetahui akar permasalahan yang dihadapi sang anak untuk mempermudah melakukan AP.

"Bermain adalah pekerjaan yang dilakukan anak-anak. Melalui itu sang anak belajar tentang dirinya dan dunia sekitarnya." (Sensory Integration International, 1991). Melalui hal tersebut, Okupasi Terapi

memberikan aktifitas pada setiap sesi terapi secara relevan. Sang anak akan memiliki dorongan dari diri (inner drive) untuk bergerak, bereksplorasi dan belajar melalui pengalaman yang menyenangkan. Yang secara logis saat pembelajaran yang paling baik adalah saat individu mendapat pengalaman yang menyenangkan, memuaskan dan aman. Sesi terapi diterima anak sebagai sesuatu yang memberikan memotivasi dan dilakukan dengan bermain adalah sangat penting pada pencapaian proses dan tujuan

terapuetik.

Tujuan A. Jean Ayres, Phd, OTR. FAOTa saat meneliti Sensori Integrasi adalah mengembangkan teori yang menjelaskan hubungan antara prilaku sensor-motor, fungsi saraf dan kemampuan pre akademik (Fisher, Murray, Bundy, 1991). Otak harus mampu mengatur semua sensasi agar seseorang dapat bergerak, belajar dan berprilaku secara normal.

Sensori Integrasi dapat dianalogikan seperti komputer yang untuk menulis suatu surat, informasi diketik melalui keyboard (input) yang kemudian diproses pada komputer yang terhubung dengan printer (output) untuk mencetak hasil ketikan tersebut. Jika terjadi masalah pada susunan kata yang terketik, salah satu kemungkinan masalah terjadi saat mengetik susunan kata (input). Dan jika tidak, kemungkinan yang lain dapat disebabkan adanya masalah pada internal proses di komputer.

Kemampuan untuk mencapai, mempertahankan dan mengubah tingkat arousal (Self regulation) adalah bagian dari proses perkembangan yang melibatkan komponen penting pada system saraf pusat (ANS, RF dan sistem limbic). Yang pada intinya system saraf akan bertanya dan harus mampu menjawab pertanyaan "apa yang harus dilakukan untuk memaksimalkan level arousal dan bagaimana caranya?." Pada bayi yang baru lahir komponen tersebut berperan dominan pada kemampuan self regulation.

Saat sang bayi semakin tumbuh dan berkembang, kemampuan mengatur level arousal semakin berkembang. Ex. Saat tidur untuk dapat mengontrol arousal sang bayi memasukan ibu jarinya ke mulut, atau pada usia yang lebih besar saat duduk dikursi belajar sang anak memilinkan rambutnya

lalu menggigitnya (terkadang juga terlihat pada orang dewasa) untuk dapat fokus belajar.

Tubuh memiliki respon protektif yang terjadi secara otomatis pada input sensori tertentu. Saat input diterima otak memberikan sinyal bahwa hal tersebut berbahaya dan perlu dihindari (sensory defensiveness). Jika hal tersebut terjadi akan terlihat perubahan yang cukup drastis pada level arousal dan prilaku yang dimunculkan. Respon yang timbul disebut flight-fright-fight reaction. Pada anak yang merespon flight ia akan menjauh atau berlari menghindarinya, fright reaction dapat menyebabkan

anak terdiam tak bisa bergerak bahkan mungkin pipis dicelana, pada fight reaction anak akan berusaha sekuat tenaga untuk menolak seperti memukul dan menendang orang lain atau mungkin dirinya sendiri.

Inhibisi atau hambatan dilakukan untuk membantu otak melakukan self regulation terutama pada saat-saat fluktuasi level arousal yang tinggi. Input proprioseptif merupakan salah satu input yang direkomendasikan AP saat hal tersebut terjadi. Input ini dapat digunakan saat mesin tubuh berjalan sangat cepat ataupun sangat lambat, yang memberikan efek menenangkan atau meningkatkan (calming or alertning). Tidak seperti input sensori lainnya (vestibular dan taktil) proprioseptif sangat jarang menyebabkan overload yang mungkin jika overload terjadi akan menambah masalah jika tidak dilakukan dengan sesuai.

Mencari dan menentukan strategi sensori-motor membantu terapis, guru dan orang tua agar sang anak mampu mencapai dan mempertahankan arousal pada berbagai situasi. Mengamati, memahami dan menghargai kebutuhan sensori-motor dari tiap anak merupakan kunci utama. Ada aktifitas yang

dapat meningkatkan atau menurunkan tingkatan level arosal atau alertness. Dalam hal ini input sensori-motor memegang peranan penting yang dibagi menjadi 5 bagian :

1. Memasukan sesuatu ke mulut (input oral motor)

2. Bergerak (input vestibular-proprioseptif)

3. Sentuhan (input taktil)

4. Melihat (input visual)

5. Mendengar (input auditory)

Amati berapa banyak input yang dibutuhkan, seberapa sering dan berapa lama hal tersebut dilakukan. Hal tersebut membantu untuk menentukan strategi sensori-motor pada tiap-tiap individu.

AP memberikan kerangka berpikir yang dapat berguna untuk mengamati dan memahami tujuan prilaku sensori-motor yang dilakukan sang anak. Melalui detective work, terapis, guru dan orang tua dapat membantu sang anak menemukan solusi dan strategi yang lebih toleran saat menghadapi situasi dan konsisi yang kritis bagi perkembangan sang anak.

Referensi :

- Williams.M. S, & Shellenberger. S, (1996), Howdoes Your Engine Run, Therapy Works, Inch.

- Oetter. P, Reichter. E. W & Frick. S. M (2001), PDP Press

- Williams. C. C (2006) Workshop Manuals "The Alert Program for Self Regulation", Therapy Works, Inch & Explora Learning

Peluang Bisnis 100% Gratis BEBAS RESIKO Kerjanya Mudah

Hai bro semua, :)

Udah pada tahu dong kalau sekarang ada banyak sekali cara untuk bisa mencari uang melalui internet. Ada yang berbayar, ada yang gratis. Kalau saya, tentu lebih suka yang gratisan, hehe :D

Terkait dengan hal itu,.. Nah... Barusan saya browsing dan menemukan sebuah situs bisnis yang menarik. Namanya gajigratis.Com

Kenapa menarik? Alasannya adalah karena untuk join (bergabung) di situs tersebut biayanya Rp 0 saja, alias gratis.

Eits, tapi walaupun gratis, ini bukan berarti bahwa hasilnya juga "gratis". Bahkan hasilnya hasil yang "mahal" karena situs itu memberikan bayaran hingga Rp. 277.777.778.500,- untuk member-membernya wow hasil yang fantastis bro.

Cara kerjanya cukup mudah, kita hanya diperintahkan untuk menawarkan orang lain datang ke URL tertentu. Setiap kali orang lain bergabung dengan situs yang dituju, kita akan mendapat bayaran Komisi Jaringan Rp 25 hingga 10 level Komisi Sponsor Rp. 100,- hingga 10 level Semakin banyak kita menyebar URL-nya, semakin banyak juga komisi yang kita dapat.


Penasaran kan?

Ingin join kan?

Ingin tahu gimana cara kerjanya?


Ok, silakan langsung join di ==> http://gajigratis.com

BTW, di dalam member areanya ada banyak tawaran bonus ebook gratis lho... bakal rugi kalau enggak join & gak ngikutin penawaran bonus-bonusnya, :)

Masih belum join? Ya ampuun... ^_^"

Langsung join di sini! ==> http://gajigratis.com

Ok thx ya bro semua di tunggu join nya

HIV/AIDs

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.

Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia terkena pilek biasa

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.

Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS yang mematikan. Seseorang dapat menjadi HIV positif. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.

Penyebab

Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD4. didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh penghisap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut.

AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV atau Human Immunodeficiency virus.Bila kita terinfeksi HIV,tubuh kita akan mencoba menyerang infeksi.Sistem kekebalan kita akan membuat ‘antibody’.molekul khusus yang menyerang HIV itu.Tes darah untuk HIV mencari antibody tersebut.Jika ada antibody tersebut didarah kita terinfeksi HIV.Orang mempunyai terhadap HIV disebut ‘HIV’ positif.

Penyebab penyakit ini adalah fungi Pneumocystis jirovecii. Sebelum adanya diagnosis, perawatan, dan tindakan pencegahan rutin yang efektif di negara-negara Barat, penyakit ini umumnya segera menyebabkan kematian. Di negara-negara berkembang, penyakit ini masih merupakan indikasi pertama AIDS pada orang-orang yang belum dites, walaupun umumnya indikasi tersebut tidak muncul.

download bacaan ini

FLU BURUNG

Flu Burung /Avian Influenza/H5N1 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus H5N1. Menurut sumber lain, Flu Burung adalah uatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang manusia. Nama lain dari penyakit ini antara lain avian influenza. Penyebaran virus ini diduga akibat migrasi burung-burung liar yang terinfeksi. Umumnya penyakit ini hanya menyerang unggas (burung,ayam,bebek,dll), tetapi pada kenyataannya penyakit ini dapat menyerang mamalia dimulai dari babi sampai manusia. Ada beberapa tipe virus influenza yaitu A,B, dan C. Pada manusia virus A dan B dapat menjadi penyebab wabah flu yang cukup luas. Sementara virus C menyebar secara periodik ,ringan dan tidak menyebabkan wabah. Pada permukaan virus A ada 2 glikoprotein, yaitu Hemaglutinin(H) dan Neuraminidase(N). Berdasar glikoprotein inilah virus tersebut diklasifikasikan.

Etiologi dan Sifat Penyakit
Etiologi penyakit ini adalah virus influenza. Adapun sifat virus ini, yaitu; dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada 0°C. Di dalam tinja atau kotoran unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit dapat bertahan lebih lama, tetapi mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit. Dikenal beberapa tipe Virus influenza, yaitu tipe A, tipe B dan tipe C. Virus Inluenza tipe A terdiri dari beberapa strain, yaitu; H1N 1, H3N2, H5N1, H7N7, H9N2 dan lain-lain.
Saat ini, penyebab flu burung adalah Highly Pothogenic Avian Influenza Virus, strain H5N1 (H=hemagglutinin; N= neuraminidase). Virus Inluenza A (H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung pada unggas. Secara umum, virus Flu Burung tidak menyerang manusia.

donwload bacaan ini
Share |